Sabtu, 19 Desember 2009

Bermain Teater

TAHUKAH KALIAN TENTANG TEATER

Oleh: Cha-icha_Ika Dewi P.

Ketika belajar teater pertama kali saya merasa bingung dan penuh dengan pertanyaan. Satu pertanyaan yang paling mendasar baru terjawab setelah selama lebih dari dua tahun saya belajar teater. Suatu penantian yang tidak sebentar untuk mendapat jawaban dari satu pertanyaan: Teater itu apa ya?

Satu tahun pertama belajar teater pada sebuah sanggar yang sangat punya nama itu, saya tidak pernah diberi kesempatan untuk memainkan sebuah peran yang berarti atau dengan kata lain selama itu saya cuma figuran! Artinya yang dibutuhkan cuma figur saya saja sebagai pelengkap sebuah pementasan teater. Selama satu tahun itu yang saya terima dari pelatih dan para senior adalah: l) jika datang ke sanggar tidak boleh terlambat, 2) membersihkan tempat yang akan dipakai untuk latihan, 3) menyiapkan property, dan menyiapkan segala tetek bengek untuk latihan, tetek-nya seneng aja, bengek-nya itu!

Dulu saya kira main drama atau teater di atas panggung itu cukup hafal naskah terus pentas! Ternyata tidak lho! Ada fase atau tahapan-tahapan latihan yang harus dan tidak bisa disepelekan, antara lain: Olah Tubuh, Olah Vokal, Olah Rasa, Olah Sukma dan Jiwa, Pernafasan, dan segala macam olah-olah yang lain. Kata pelatih saya dulu, untuk menjadi seorang pemain drama yang tangguh dan berwawasan, maka saya harus belajar ilmu-ilmu lain yang dapat mendukung permainan saya sebagai seorang aktris yang mempunyai intelektual tinggi. Sebab kata pelatih saya lagi, teater itu adalah kesenian modern dan hanya orang-orang intelek saja yang mau belajar. Dengan kata lain teater itu kesenian yang intelek karena dalam berteater dibutuhkan orang-­orang yang memiliki intelegensi tinggi.

Ilmu-ilmu pendukung yang harus dipelajari antara lain adalah: Filsafat, Psikologi, Sosiologi, Fisionomi, Bahasa, Sastra, Agama, Biologi, Hukum, juga Ilmu Bela diri dan segala ilmu yang ada di dunia ini.

Lagi-lagi kata pelatih saya, ilmu yang disebutkan di atas tadi tidak mungkin saya dapat memahami semuanya, minimal katanya saya cukup mengenalnya saja dan pernah menyentuhnya.

Namun yang penting dan dapat bermanfaat langsung dalam menyiapkan diri sebagai seorang pemain drama yang harus dipelajari adalah fase atau tahapan-­tahapan yang telah disebutkan di atas.

1. Olah Tubuh

Yang dimaksud dengan olah tubuh dalam teater adalah mengolah atau membina seluruh anggota tubuh atau badan kita agar terbiasa untuk melakukan gerakan-gerakan yang dibutuhkan seorang aktor ketika sedang berperan di atas panggung. Sering kita melihat pemeran yang gerakan tubuhnya (tidur, duduk, berdiri, berjalan, dan lain sebagainya) nampak kaku dan wagu di atas panggung. Mengapa ini bisa terjadi?

Olah tubuh dalarn teater sebenarnya tidak begitu jauh perbedaannya dengan olah tubuh dalam tari, hanya saja memang ada spesifikasi masing-masing. Di dalam tari olah tubuh di perlukan untuk keluwesan atau kelenturan gerak dalam menari atau tarian, sedang dalam teater olah tubuh bertujuan untuk mencapai kelenturan dan keluwesan gerak dalam berperan sebagai pemain drama. Pemain drama bukan penari demikian juga sebaliknya tetapi mereka sama sebagai artis (seniman).

Di dalam berlatih teater kita mengenal istilah gerak indah. Gerak indah yang dimaksud adalah gerakan-gerakan seluruh anggota tubuh atau badan kita nampak indah atau pantas (Jawa: "wangun" lawan kata "wagu") ketika digerakkan. Gerakan tersebut misalnya: menunjuk, menengok, rnenoleh, berpose, melangkah, melenggang, dan lain sebagainya. Maka dalarn olah tubuh harus dipelajari juga gerakan-gerakan bela diri terutama bela diri pencak silat atau gerakan kung fu. Mengapa pencak silat atau kung fu? Sebab gerakan-gerakan dalam bela diri tersebut banyak mengandung unsur gerak tari atau gerakan-gerakan kembangan yang tidak terdapat dalam bela diri lain. Meski begitu gerakan bela diri jenis lain juga perlu dipelajari, karena teater bukan hanya membutuhkan gerakan-gerakan yang feminim saja melainkan sering juga dibutuhkan gerakan yang maskulin atau perkasa. Di samping gerak yang juga perlu dipelajari dalam bela diri adalah teknik-teknik pernapasannya. Jika pernapasan dalam bela diri digunakan untuk menghimpun tenaga atau kekuatan pukulan, sedang dalam seni tari pernapasan untuk menjaga stamina dalam melakukan gerakan, maka dalam seni teater pernapasan digunakan dan berfungsi untuk mengatur intonasi, memperjelas diksi dan artikulasi, mengatur dinamika berbicara (nada, irama, tempo) dan lain sebagainya. Oleh karena itu tidak saiah bahkan dianjurkan, dan seyogyanya ketika kita belajar teater kita tidak menutup diri terhadap seni yang lain.

2. Olah vokal

Olah vokal teater adalah usaha untuk memperbaiki cara kita berbicara. Mengatur napas agar suara kita lantang atau keras tetapi tidak sember/fales. Untuk mengatur dinamika berbicara dan untuk mengatur modulasi suara kita agar tetap enak didengar oleh penonton.

Latihan olah vokal dalam teater meskipun sama dengan olah vokal di dalam dunia tarik suara atau menyanyi, tetap saja ada perbedaannya seperti olah tubuh teater dengan tari. Masing-masing memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda. Kalau dalam teater olah vokal bertujuan agar suara kita keras dan bertenaga tidak harus ada kemerduan seperti penyanyi keroncong atau penyanyi seriosa, tetapi meskipun demikian bukan berarti bermain teater tidak membutuhkan suara yang merdu, ya tetap butuh! Cuma, kemerduan yang dibutuhkan dalam teater adalah kemerduan dalam berbicara, jadi kemerduan dalam tanda kutip.

3. Olah Rasa

Rasa yang dimaksud di sini bukan rasa manis, rasa pahit, rasa asin, rasa pedas dan rasa strawberry. Rasa yang dimaksud berhubungan dengan batin atau hati atau perasaan. Olah rasa diperlukan agar kita bisa merasakan pengucapan kata dalam dialog dengan lawan bicara ketika sedang pentas sehingga bisa sambung dengan cerita bisa "sampai" pada penonton. Rasa ini berhubungan juga dengan irama permainan, jadi setiap kata dalam dialog akan dapat lebih bermakna apabila dalam pengucapannya penuh dengan perasaan dan diberi irama. Irama sendiri dikenal dalam irama permainan yang termasuk di dalamnya tempo atau cepat-lambatnya baik pengucapan maupun mama secara keseluruhan pementasan.

4. Olah Sukma dan Olah Jiwa

Antara sukma dan jiwa jelas sangat berbeda. Sukma berhubungan dengan roh atau nyawa. Jadi sebenarnya olah sukma ini lebih tepat jika digunakan dalam ilmu kanuragan atau hal-hal yang bersifat mistis. Sehingga menurut saya ilmu ini agak kurang bermanfaat dalam kita menggeluti dunia teater, kecuali dunia lain. Tetapi ada juga pemain teater kita yang mempelajarinya. Sedangkan olah jiwa amat sangat dipelajari dalam teater sebab olah jiwa yang dimaksudkan adalah berfungsi untuk melatih hal-hal yang menyangkut kejiwaan. Misalnya pemain teater itu harus memiliki kepekaan, memiliki daya ingat yang tajam, cepat menghapal, mempunyai daya imajinasi tinggi. Maka dari itu, olah jiwa ini harus juga dipelajari dalam mempersiapkan diri sebagai seorang pemain teater.

Pemain teater diibaratkan sebagai tanah liat kata pendahulu atau pelatih saya. Jadi untuk menjadi seorang pemain teater harus "menyerahkan dirinya" dan pasrah kepada pelatih untuk diolah atau dibina ( bahasa Jawa: "digulowentah"). Seperti tanah liat yang di Kasongan. Agar tanah Hat itu menjadi karya seni yang indah dan memiliki nilai jual yang mahal, mulanya tanah liat itu dikeringkan, diayak atau disaring untuk dibersihkan kerikil-kerikilnya, digiling dibuat jladren seperti ketika akan membuat adonan, kemudian setelah halus ayakan itu diguyur atau direndam air, diinjak-injak, diulet­-ulet hingga mencapai keuletan tertentu dan baru kemudian dibentuk sesuai kebutuhannya. Setelah bentuk itu jadi kemudian dibakar dalam tungku dengan suhu tertentu. Setelah matang didinginkan dari panas api dan setelah itu baru diwarnai dengan cat. Tidak cukup sampai di sini saja lalu dilakukan finishingdengan bahan clear atau vernis. Nah, baru lah ia jadi karya seni yang dapat dinikmati. Jadi, setelah selama ini yang saya rasakan dan saya pikirkan ternyata benar apa kata pelatih teater saya itu.

Semoga tulisan saya ini bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan bagi teman-teman yang juga berminat sebagai pemain teater. Terima kasih.

Yogyakarta,17 Desember 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar